Pages

Subscribe:

Labels

Selasa, 27 Desember 2011

Tenganan

Tenganan adalah sebuah desa tradisional di pulau Bali Desa ini terletak di Kecamatan Manggis,Kabupate Karangasem,di sebelah timur pulau Bali. Tenganan bisa dicapai dari tempat pariwisata Candi Dasa dan letak kira-kira 10 Kilomter dari sana.

Tradisi
Penduduk desa ini memiliki tradisi unik dalam merekrut calon pemimpin desa, salah satunya melalui prosesi adat mesabar-sabatan biu (perang buah pisang). Calon prajuru desa dididik menurut adat setempat sejak kecil atau secara bertahap dan tradisi adat tersebut merupakan semacam tes psikologis bagi calon pemimpin desa. Pada tanggal yang telah ditentukan menurut sistem penanggalan setempat (sekitar Juli) akan digelar ngusaba sambah dengan tradisi unik berupa mageret pandan (perang pandan). Dalam acara tersebut, dua pasang pemuda desa akan bertarung di atas panggung dengan saling sayat menggunakan duri-duri pandan. Walaupun akan menimbulkan luka, mereka memiliki obat antiseptik dari bahan umbi-umbianyang akan diolesi pada semua luka hingga mengering dan sembuh dalam beberapa hari. Tradisi tersebut untuk melanjutkan latihan perang rutin dan menciptakan warga dengan kondisi fisik serta mental yang kuat. Penduduk Tenganan telah dikenal sebagai penganut Hindu aliran Dewa Indra, yang dipercaya sebagai dewa perang.Masyarakat Tenganan mengajarkan dan memegang teguh konsep Tri Hita Karana (konsep dalam ajaran Hindu) dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tri berarti tiga dan Hita Karana berarti penyebab kebahagiaan untuk mencapai keseimbangan dan keharmonisan. Tri Hita Karana terdiri dari Perahyangan (hubungan yang seimbang antara manusia dengan Tuhan), Pawongan (hubungan harmonis antara manusia dengan manusia lainnya), dan Palemahan (hubungan harmonis antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya).
Desa Tenganan merupakan salah satu desa dari tiga desa Bali Aga, selain Trunyan dan Sembiran Yang dimaksud dengan Bali Aga adalah desa yang masih mempertahankan pola hidup yang tata masyarakatnya mengacu pada aturan tradisional adat desa yang diwariskan nenek moyang mereka. Bentuk dan besar bangunan serta pekarangan, pengaturan letak bangunan, hingga letak pura dibuat dengan mengikuti aturan adat yang secara turun-temurun dipertahankan.

Pura Lempuyang

 Pura Penataran Agung Lempuyang yang terletak di Desa Adat Purwa Ayung, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem.Pura Penataran Agung Lempuyang berada di kaki Bukit Bangle, untuk sampai ke pura ini telebih dahulu harus menaiki tangga. Dari pura ini kita bisa melihat pemandangan yang begitu indahnya dari kejauhan. Pura penataran Agung lempuyang merupakan Pura Sad Kayangan. Pura ini terbagi atas dua tingkat, di tingkat pertama terdapat bale  wantilan, sedangkan pada tingkat kedua terdapat atau bagian utama pura terdapat pelinggih Manjangan Saluang, pelinggih Limas Sari, pelinggih Catu, di bagian tengah terdapat Padmasana, Padma Ngelayang, pelinngih Gedong dan Padma Kembar. Bagian timur terdapat pelinggih Gedong Sari, pelinggih Betel, pelinggih Ratu Ngurah, dua pelinggih Gegitan, pelinggih Gedong Miyasa dan Bale Puwedangan.Upacara yang sering diadakan di pura ini  adalah upacara Puja Wali Manis Galungan. Banyak wisatawan yang datang kesini untuk melihat pura ini sambil menikmati pemadangan alam disekitarnya.Sampai saat ini awal mula pembangunan pura ini belum diketahui dengan pasti, namun pemugaran pura ini dilakukan pada tahun 2001 guna untuk tetap menjaga dan melestarikan bangunan pura.Masyarakat sekitar pura pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani, ini bisa terlihat saat berada dilokasi.Fasilitas yang terdapat di sekitar pura ini antara lain: warung makanan dan minuman, toilet dan area parkir yang cukup memadai.Jarak tempuh yang diperlukan untuk tiba di pura ini memakan waktu kira-kira 95 menit  perjalanan dengan jarak tempuh lebih kurang 75 km dari Kota Denpasar.Bila berlibur ke Bali, pura Penataran Agung lempuyang ini bisa dijadikan salah satu alternatif pilih dari tujuan wisata anda.

Pura Besakih

Pura Besakih adalah sebuah komplek pura yang terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem,Bali-Indonesia. Komplek Pura Besakih terdiri dari 1 Pura Pusat (Pura Penataran Agung Besakih) dan 18 Pura Pendamping (1 Pura Basukian dan 17 Pura Lainnya). Di Pura Basukian, di areal inilah pertama kalinya tempat diterimanya wahyu Tuhan oleh Hyang Rsi Markendya, cikal bakal Agama Hindu Dharma sekarang di Bali, sebagai pusatnya. Pura Besakih merupakan pusat kegiatan dari seluruh Pura yang ada di Bali. Di antara semua pura-pura yang termasuk dalam kompleks Pura Besakih, Pura Penataran Agung adalah pura yang terbesar, terbanyak bangunan-bangunan pelinggihnya, terbanyak jenis upakaranya dan merupakan pusat dan semua pura yang ada di komplek Pura Besakih. Di Pura Penataran Agung terdapat 3 arca atau candi utama simbol stana dari sifat Tuhan Tri Murti, yaitu Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa yang merupakan perlambang Dewa Pencipta, Dewa Pemelihara dan Dewa Pelebur/Reinkarnasi. Pura Besakih masuk dalam daftar pengusulan.
Letak Pura Besakih sengaja dipilih di desa yang dianggap suci karena letaknya yang tinggi, yang disebut Hulundang Basukih yang kemudian menjadi Desa Besakih. Nama Besakih diambildari Bahasa Sansekerta, wasuki atau dalam bahasa Jawa Kuno basuki yang berarti selamat. Selain itu, nama Pura Besakih didasari pula oleh mithologi Naga Basuki sebagai penyeimbang Gunung Mandara.
Banyaknya peninggalan zaman megalitik, seperti menhir, tahta batu, struktur teras pyramid yang ditemukan di kompleks Pura Besakih menunjukkan bahwa sebagai tempat yang disucikan nampaknya Besakih berasal dari zaman yang sangat tua, jauh sebelum adanya pengaruh Agama Hindu.
Kompleks Pura Besakih dibangun berdasarkan keseimbangan alam dalam konsep Tri Hita Karana, dimana penataannya disesuaikan berdasarkan arah mata angin agar struktur bangunannya dapat mewakili alam sebagai simbolisme adanya keseimbangan tersebut. Masing-masing-masing-masing arah mata angin disebut mandala dengan dewa penguasa yang disebut “Dewa Catur Lokapala” dimana mandala tengah sebagai porosnya, sehingga kelima mandala dimanifestasikan menjadi “Panca Dewata”.
Penjabaran struktur bangunan Pura Besakih berdasarkan konsep arah mata angin tersebut, adalah :
1. Pura Penataran Agung Besakih sebagai pusat mandala di arah Tengah dan merupakan pura terbesar dari kelompok pura yang ada, yang ditujukan untuk memuja Dewa Çiwa;
2. Pura Gelap pada arah Timur untuk memuja Dewa Içwara;
3. Pura Kiduling Kereteg pada arah Selatan untuk memuja Dewa Brahma;
4. Pura Ulun Kulkul pada arah Barat untuk memuja Dewa Mahadewa;
5. Pura Batumadeg pada arah Utara untuk memuja Dewa Wisnu.

Jumat, 23 Desember 2011

Telaga Waja

Telaga Waja rafting terletak di daerah timur bali tepatnya berada di desa muncan Kabupaten Karangasem, hanya membutuhkan waktu tempuh sekitar 2 jam dari kota Denpasar. Karna Aktivitas ini dilakukan di sungai telaga waja maka itulah rafting ini di beri nama Telaga Waja Rafting.
Sungai Telaga Waja dikenal sebagai site rafting terbaik di Bali dengan tantangan yang lebih dibandingkan di sungai lainnya, sungai Telaga waja memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi, karna derasnya aliran air dan banyaknya rintangan - rintangan seperti bebeatuan, jembatan bambu dan lainnya, menjadikan Telaga Waja Rafting sebagai salah satu tempat yang sangat menarik dan seru untuk mengisi liburan di Bali.

Daya tarik lain yang dimiliki Telaga Waja adalah pesona alam yang indah dan menyegarkan yang didukung oleh keberadaan sawah-sawah bertingkat dengan aktifitas para petani tradisional dan juga perkebunan, juga pemandangan Gunung Agung yang menjulang tinggi di sisi utara.

Petualangan arung jeram ini, ditempuh selama kurang lebih 2 - 2.5 jam mempunyai trek paling panjang + 12 km.  Sungai Telaga Waja mengalir jernih dengan arus yang cukup deras dengan beberapa jeram dan bebatuan cocok untuk menguji nyali. Telaga waja memiliki jeram dengan tinggi hampir 5 meter, tapi sangat aman. Akses ke start point tidak begitu jauh.
Operator yang menyediakan jasa rafting di sungai Telaga Waja ini juga sangat mengutamakan keamanan dan keselamatan para pesertanya, sehingga rafting di Telaga Waja sangat aman bahkan untuk anak-anak sekalipun. Setiap boat akan dipandu oleh instruktur atau guide yang terlatih dan berpengalaman. Mereka juga sangat bersahabat. Sebelum memulai rafting, briefing untuk keselamatan pun akan diberikan. Jadi sangat disayangkan jika andmelewatkan atraksi wisata ini selama Liburan di Bali.

Bukit Jambul

Obyek wisata Bukit Jambul, terletak di Desa Pesaban, Rendang, Karangasem, Bali. Setiap harinya obyek wisata dengan latar belakang pegunungan yang indah dengan udara sejuknya tersebut, selalu ramai disinggahi oleh para wisatawan.

Obyek wisata yang terletak sekitar 60 Kilometer sebelah Timur Denpasar itu, pada jaman penjajahan merupakan tempat persinggahan para pejabat belanda tersebut, terlihat asri dan alami serta masih disinggahi wisatawan, yang ingin beristirahat, sambil menikmati sensasi makan di puncak Bukit Jambul.

Di puncak bukit terdapat sebuah pura yang disebut Pura Pucak Sari yang dikelilingi oleh pepohonan besar. Sementara, di bawah kompleks pura terdapat panorama persawahan yang memukau. Ini membuat pepohonan terlihat seperti jambul sehingga bukit ini di beri nama Bukit Jambul.Kawasan wisata Bukit Jambul merupakan daerah tujuan wisata alam yang dimiliki Kabupaten Daerah Tingkat II Karangasem, yang terletak di atas bukit sehingga udara di sekitarnya terasa sejuk dan nyaman. Seperti pemandangan alam lainnya di kabupaten Karangasem, daya tarik wisata dari Bukit Jambul juga terdapat pada pemandangan alam di antara perpaduan panorama perbukitan, persawahan, lembah-lembah, dan panorama laut. Dari tempat ketinggian di Bukit Jambul ini, wisatawan dapat menyaksikan keindahan pemandangan alam yang sangat menawan dan mempesona. Di pinggir jalan yang menanjak dan berliku-liku dapat kita saksikan petak-petak sawah yang bertingkat (terasiring) dan pohon-pohon cengkeh yang subur tumbuh di kawasan perbukitan ini. Di sebelah timur akan tampak terlihat perbukitan yang menjulang tinggi yang berada di wilayah Sidemen dan di sebelah selatan akan tampak persawahan yang berada di wilayah kabupaten Klungkung dan sekitarnya serta di kejauhan terlihat pemandangan laut lepas di selatan kabupaten Klungkung.
Sebagai kawasan wisata, di Bukit Jambul sudah dilengkapi dengan areal parkir yang luas dan terdapat sebuah rumah makan (restaurant) yang cukup bagus dan besar serta mampu menampung kapasitas untuk wisatawan yang singgah dalam bentuk grup ataupun rombongan. Bukit Jambul juga merupakan sebagai tempat peristirahatan (stopover) sehingga seringkali disinggahi oleh wisatawan baik mancanegara maupun nusantara yang akan berwisata ke kawasan wisata Pura Besakih ataupun pada saat mereka kembali dari Besakih. Pada umumnya para wisatawan yang singgah di sini untuk makan siang dan minum, sambil beristirahat melepas lelah mereka juga dapat menikmati panorama alam Bukit Jambul yang suasananya tenang dan sejuk. Sering pula wisatawan yang singgah mengabadikan dengan kameranya pemandangan alam Bukit Jambul.

Tirta Gangga

Taman Tirta Gangga merupakan satu komplek pertamanan yang amat indah. Keberadaannya memberikan satu refleksi mengenai satu pola budaya keraton dan budaya masyarakat yang menetapkan air (mata air) pada posisi dan arti yang amat penting bagi kehidupan.Dalam komplek Taman Tirta Gangga terdapat tempat suci, mata air, bangunan pelindung mata air, menara air, aneka ragam bentuk kolam besar dan kecil, pancoran, pemeliharaan ikan hias, aneka tanaman dan bunga-bungaan. Secara keseluruhan komplek taman ini menyajikan satu daya tarik dan keindahan tersendiri yang terwujud sebagai suatu keharmonisan hubungan manusia, alam, budaya yang dijiwai oleh keagamaan.Taman Tirta Gangga sebagai obyek wisata alam merupakan warisan taman dan arsitektur almarhum Raja Karangasem yang terakhir, Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem (dahulu bernama I Gusti Bagus Djelantik) kepada kesepuluh putra lelaki beliau yang dijadikan milik bersama (druwe tengah) yang kemudian sejak tahun 1981 pengelolaannya diserahkan kepada Dr. Anak Agung Made Djelantik.
Lokasi
Taman Tirta Gangga terletak di pinggir jalan raya jurusan Amlapura. Obyek wisata Taman Tirta Gangga termasuk wilayah desa Ababi, kecamatan Abang, kabupaten Karangasem. Lokasi obyek ini meliputi satu area taman seluas 1,8 ha terdiri dari tiga dataran yang menjurus dari barat ke timur di tengah-tengah hamparan sawah yang amat sangat luas. Obyek wisata Taman Tirta Gangga berada pada satu jaringan obyek yang berdekatan dengan Puri Karangasem, Taman Ujung Karangasem dan ± 17 km terletak taman wisata bahari Tulamben.
Fasilitas
Di sekitar obyek wisata Taman Tirta Gangga telah tersedia berbagai fasilitas bagi para pengunjung dan wisatawan seperti tempat parkir, penginapan, restoran, dan berbagai warung kecil. Di dalam komplek taman tersedia kolam renang untuk dewasa dan anak-anak.
Kunjungan
Taman Tirta Gangga sangat menarik untuk dikunjungi, baik pada pagi maupun sore hari. Tempat ini telah ramai dan telah dikunjungi sejak bertahun-tahun sebagai obyek wisata oleh anak-anak sekolah. Kemudian juga makin ramai dikunjungi oleh wisatawan baik wisatawan nusantara maupun mancanegara. Oleh karena tempatnya di pinggir jalan raya, maka untuk mencapai tempat itu cukup mudah. Bisa dicapai dengan sepeda motor atau dengan taksi. Wisatawan juga dapat mencapainya dengan sarana angkutan umum.Struktur fisik Taman Tirta Gangga menggambarkan adanya struktur dalam (jeroan) dan struktur luar (jaba). Pada struktur dalam dijumpai adanya tiga strata daratan yaitu : (1) dataran yang paling rendah; (2) dataran media; (3) dataran atas.Dataran yang paling rendah seluas kurang lebih 90 are terletak di selatan dan memuat dua buah kolam . Kolam yang paling besar di bagian selatan merupakan kolam ikan. Di tengah kolam tersebut terdapat gili yang memanjang. Kolam yang letaknya di sebelah utara jalan dibagi dua oleh suatu menara air mancur bertingkat. Bagian sebelah barat dari menara digunakan sebagai kolam renang B, sedangkan bagian yang sebelah timur merupakan kolam ikan.Dataran madia memuat kolam renang A di sebelah barat dan suatu kolam ikan hias di sebelah timur. Diantaranya terdapat kolam hias yang memuat rentetan air mancur kecil dan mungil ditengah-tengahnya.Dataran atas terdiri dari bagian yang terpisah, dimana yang paling barat semulanya disediakan oleh almarhum Raja karangasem untuk membangun tempat pemujaan. Dataran atas di tengah dihuni oleh keluarga Puri Karangasem, Anak Agung Gede Rai, yang diberi ijin oleh keluarga besar untuk mendirikan pondok-pondok penginapan dan restoran. Usaha ini sekarang dikelola oleh putra-putranya. Dataran tinggi yang di pojok timur dan lahan kolam bundar di bawahnya merupakan pesanggrahan Dr. Anak Agung Made Djelantik.Pada masa kini Taman Tirta Gangga, berfungsi secara religius, sosial dan hiburan. Pertama, mata air itu memberikan air suci bagi masyarakat sekiatarnya untuk upacara agama. Kedua tempat itu merupakan tempat untuk upacara dewa yadnya dan metirtayatra. Ketiga, tempat itu merupakan tempat hiburan dan rekreasi bagi masyarakat dan wisatawan.
 

Amed

Bali bagian Timur memiliki apapun yang anda impikan. Disana Anda akan menemukan permata dan surga istimewa dalam keindahan alam yang eksotik yang berpadu dengan budaya yang masih kental terasa serta keramahan orang-orang sekitar. Disini pula lah terdapat Pantai Amed, pantai yang akan memberikan anda kedamaian dan ketenangan. Nikmati pula kelezatan makanan yang ada serta keuntungan yang didapat dari akomodasi yang terjangkau.

Pantai Amed menawarkan tempat yang bagus untuk latihan diving atau menyelam. Disana ada danau di pinggir pantai yang datar yang baik untuk latihan, serta batu karang yang dapat dicapai dengan berenang selama 5 menit. Tempat ini merupakan usulan terbaik untuk mengenal olahraga menyelam dan menjadikannya sebagai tempat yang sangat menyenangkan untuk belajar menyelam.
Obyek wisata Jemeluk dan Amed sering dikunjungi wisatawan mancanegara terutama wisatawan yang sangat senang dengan wisata tirta seperti berenang, diving, dan snorkeling. Daya tarik wisata di kawasan ini terletak pada kehidupan bawah lautnya. Air lautnya yang tenang dan jernih dengan hamparan batu karangnya yang sangat menawan sehingga beraneka ragam jenis ikan laut tropis hidup di sini. Pada saat sekarang ini sudah diupayakan pelestarian terumbu karang untuk mempercepat proses tumbuhnya karang-karang baru. Dengan demikian populasi ikan-ikan tersebut lebih cepat berkembang dan kelestarian terumbu karangnya dapat diamankan.
Selain keindahan lautnya, daya tarik lain di kawasan ini berada di sepanjang jalan dari Jemeluk menuju Amed di mana para wisatawan dapat menyaksikan cara pembuatan garam secara tradisional oleh penduduk setempat. Di samping itu pemandangan alam di sini sangat mempesona bila dilihat dari tempat ketinggian di atas Jemeluk dan Amed akan tampak gunung Agung di kejauhan, perbukitan dengan lembah dan jurangnya serta hamparan laut yang luas membiru dan perahu-perahu nelayan (jukung).
Kawasan wisata Jemeluk dan Amed masih termasuk daerah yang sepi dan alami. Namun di sepanjang jalan Jemeluk hingga Amed, mulai dari desa Lipah sudah ada beberapa fasilitas akomodasi dan beberapa rumah makan. Dan di sepanjang pantainya banyak terdapat perahu-perahu nelayan (jukung) yang selalu siap untuk mengantar wisatawan yang akan berlayar, diving, maupun snorkeling.
Sejarah mengenai kawasan wisata ini belum banyak diketahui, hal ini disebabkan tidak adanya bukti adanya peninggalan secara tertulis. Namun menurut keterangan dari masyarakat setempat mengatakan, bahwa nama Jemeluk sudah lama ada sebelum kerajaan Karangasem berdiri, di mana dulunya wilayah ini termasuk Perbekelan Culik. Sebelumnya nama Jemeluk berasal dari "Menyeluk" yang asal katanya dari seluk atau laut yang menyeluk ke darat. Lama kelamaan nama Menyeluk berubah menjadi Jemeluk, yang sampai sekarang tidak diketahui sebabnya. Mata pencaharian penduduk setempat umumnya sebagai nelayan dan beternak.
Kawasan wisata Jemeluk dan Amed semakin dikenal dan mudah dikunjungi wisatawan setelah dibuat sarana jalan beraspal dari Amed hingga tembus ke desa Seraya. Kondisi tanah di sepanjang kawasan wisata ini berbentuk miring dengan perbukitan yang kaki bukitnya langsung menyentuh laut. Dengan kondisi alam yang demikian maka di kawasan ini sangat jarang turun hujan dibandingkan daerah lainnya di Bali, sehingga tanahnya agak gersang. Walaupun keadaan alamnya yang gersang dan panas, namun Jemeluk dan Amed memiliki perpaduan alam perbukitan dengan pemandangan laut yang biru dan tenang serta batu-batu karang yang menawan sehingga menarik para wisatawan untuk berkunjung.

Tulamben

Tulamben adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali. Desa ini adalah salah satu tempat rekreasi penyelaman yang terkenal di Bali, terutama di sekitar lokasi karam kapal USAT Liberty (sebuah kapal angkut tentara angkatan darat Amerika Serikat yang tenggelam setelah ditorpedo oleh kapal selam Jepang di tahun 19242).
Lokasi penyelaman ini adalah salah satu tempat rekreasi penyelaman termudah untuk menikmati pemandangan bawah laut di sekitar kapal karam. Penyelam dari semua tingkatan keahlian bisa melakukan penyelaman di tempat ini. Lokasi ini bisa dicapai langsung dari bibir pantai dan terletak sekitar 25 meter dari pesisir, dengan kedalaman antara 5 meter hingga 30 meter di bawah permukaan laut. Selama musim liburan, lebih dari 100 penyelam mendekati bangkai kapal ini tiap hari.
Nama Tulamben berasal dari batulambih, yang berarti "banyak batu", merujuk pada letusan Gunung Agung yang memengaruhi tempat ini dari waktu ke waktu. Nama ini berubah menjadi Batulamben, dan akhirnya Tulamben.

PENYELAMAN  TULAMBEN
Tulamben sudah sangat terkenal di kalangan penyelam domestik maupun mancanegara. Apa yang membuat Tulamben begitu terkenal? Tak lain adalah kemudahan dan kekayaan biota laut yang ditawarkan oleh situs penyelaman ini. Ditambah dengan bangkai Kapal USS Liberty yang sangat mudah diakses dan menyajikan berbagai mahluk bawah laut mulai dari yang kecil seperti siput laut, kepiting dan udang, ghost pipefish dan pygmy seahorse sampai yang besar seperti hiu, ikan Mola mola, dan lain lain. Tulamben menawarkan situs penyelaman yang sesuai untuk kursus penyelaman, penyelaman santai (fun dive) dan fotografi bawah air. Berikut adalah beberapa situs penyelaman yang ada di Tulamben:

Bangkai kapal USS Liberty
Terkenal sebagai salah satu tempat menyelam di bangkai kapal yang paling mudah diakses di dunia. Akses dari pantai dan USS Liberty hanya 30 meter dari pantai dengan kedalaman maksimum sekitar 30 meter. Penyelaman diawali dengan sambutan surgeonfish yang sangat jinak dan tak jarang di tengah penyelaman ditemukan segerombolan bumphead parrotfish, seekor great barracuda dan berbagai siput laut yang warnanya sangat cantik.

Tulamben Wall (Drop Off)

Pada mulanya Tulamben Wall atau yang dikenal dengan nama Drop Off hanya menjadi alternatif bagi pada operator selam untuk penyelaman kedua setelah USS Liberty. Namun pada perkembangannya ternyata Tulamben Wall ini memiliki karakteristik khusus yang tidak kalah menariknya dibandingkan dengan USS Liberty. Wall yang dasarnya di kedalaman sekitar 60-70 meter ini menjadi ajang ujian bagi para penyelam technical dan hewan-hewan bawah air yang berukuran besar seperti hiu karang ataupun hiu martil pernah ditemui oleh banyak penyelam di kedalaman ini. Di bagian atas, terumbu karang warna-warni menjadi perpaduan yang menarik dengan ikan serta mahluk-mahluk laut yang berwarna-warni pula. Di samping pemandangan bawah laut yang indah, Drop Off juga menawarkan berbagai temuan objek makro yang jenisnya sangat beragam.

Paradise Reef
Penyelaman biasanya dimulai di sebelah utara dari Resor Paradise, di kedalaman 3-4 meter akan ditemukan terumbu karang buatan yang kerangkanya berbentuk pesawat. Beberapa pemandu selam menyebutnya sebagai Aeroplane Wreck. Di sini seringkali ditemukan berbagai siput laut, shell dan berbagai jenis kepiting dan udang. Tempat yang ideal untuk penyelaman malam karena dangkal dan kehidupan malam bawah airnya cukup beragam. Menyelam ke arah selatan akan membawa anda ke tempat di mana gugusan terumbu karang baik keras maupun lunak dalam keadaan sehat dan berwarna-warni disertai berbagai jenis ikan karang yang tak kalah cantiknya. Jika anda ingin melihat Ribbon Eel, di sinilah tempat yang paling cocok untuk mencarinya.

Candi Dasa

Candi Dasa adalah kawasan wisata pantai yang terletak di desa Candi Dasa, kecamatan Manggis, kabupaten Karangasem dan berjarak sekitar 80 km dari Denpasar. Keberadaan pantai Candi Dasa tidak sebagus pantai-pantai lain di Bali karena sebagian pantainya rusak oleh ombak-ombak Selat Badung yang tergolong besar, sehingga pantai ini dilindungi pengaman yang terbuat dari beton yang dikenal dengan krib. Namun Candi Dasa memiliki pemandangan alam yang sangat menawan di mana setiap pengunjung dapat menikmati fenomena sunset dan sunrise Pesona alam menjelang matahari tenggelam di kawasan wisata ini tidak kalah menarik dengan pantai Kuta. Bahkan terlihat lebih menarik karena pada saat sunset, matahari akan terlihat lebih bulat yang terbenam di antara bukit dan laut sekitar Candi Dasa. Ketika matahari benar-benar telah terbenam, masih memancarkan warna kemerahan di langit. Pada pagi hari, pemandangan matahari terbit tidak akan terlihat langsung di Candi Dasa karena tertutup beberapa bukit yang berada di sebelah timur kawasan wisata ini. Untuk dapat menikmati sunrise sebaiknya berjalan menuju ke arah Tanjung Iri, yang masih termasuk kawasan wisata Candi Dasa yang berada di sebelah timur.
Di kawasan wisata Candi Dasa banyak terdapat fasilitas akomodasi untuk wisatawan yang harganya relatif murah dan hampir keseluruhannya berada di dekat pantai. Pada umumnya hotel-hotel di Candi Dasa adalah hotel berkelas melati namun ada juga beberapa hotel berbintang. Karena harga penginapan relatif murah, sebagian besar wisatawan yang berkunjung memilih tinggal lebih lama (long stay). Dengan waktu menetap yang lebih lama, kawasan wisata ini menjadi tempat yang strategis dan dekat dengan beberapa obyek wisata lain kabupaten Karangasem seperti Tirta Gangga, Taman Ujung, Tulamben, Amed, Tenganan, dan bisa juga menyeberang ke Nusa Penida dan Nusa Lembongan.
Selain memiliki pemandangan alam yang begitu mempesona, Candi Dasa memiliki beberapa daratan kecil yang khas di lepas pantai yang jaraknya sekitar 200 meter dari pantai. Daratan-daratan tersebut diberi nama Gili Biaha dan Gili Mempang, yang satu sama lain berjarak sekitar 100 meter dan bentuknya seperti tebing yang bertemu langsung dengan laut. Daratan yang paling besar adalah Gili Biaha yang luasnya sekitar 3 are dan menjadi tempat yang cocok untuk kegiatan snorkeling karena memiliki pemandangan bawah laut yang sangat menawan. Pemandangan lain yang dapat dinikmati adalah Lotus Lagoon yaitu berupa danau buatan yang berada di tengah-tengah areal wisata Candi Dasa dan letaknya bersebelahan dengan pantai. Danau buatan ini luasnya sekitar 50 x 50 meter persegi yang di tengahnya terdapat daratan kecil yang ditumbuhi beberapa pohon ketapang dan beringin serta 4 buah patung kecil yang mengelilinginya. Hal lain yang membuat kawasan wisata ini terkenal hingga mancanegara adalah sebagai tempat untuk belajar yoga. Di Candi Dasa terdapat ashram, sebuah tempat bagi umat Hindu dan juga terbuka untuk kalangan umum yang diberi nama Ashram Candi Dasa. Ashram ini merupakan salah satu dari ashram yang dimiliki Gedong Gandhi Ashram di Bali yang terletak di desa Candi Dasa, yang didirikan sejak tahun 1976 dan mengajarkan ajaran Mahatma Gandhi, tokoh anti kekerasan dari India.

Taman Ujung

Taman Soekasada Ujung merupakan situs kerajaan, terletak dekat pantai di Desa Tumubu, Kecamatan Karangasem yang dikembangkan sebagai salah satu kawasan pariwisata Kabupaten Karangasem. Jaraknya ±5 km dari Kota Amlapura – ibu kota kabupaten – ke arah selatan, ±15 km dari kawasan pariwisata Candidasa, dan kira-kira 60 km jaraknya dari Kota Denpasar.
Taman Soekasada Ujung dibangun pada tahun 1919 pada masa pemerintahan Raja I Gusti Bagus Jelantik ( 1909 – 1945 ) yang bergelar Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem dan diresmikan penggunaannya pada tahun 1921. Taman ini dipergunakan sebagai tempat peristirahatan raja selain Taman Tirtagangga, dan juga diperuntukkan sebagai tempat menjamu tamu-tamu penting seperti raja-raja atau kepala pemerintahan asing yang berkunjung ke kerajaan Karangasem.
Dalam areal Taman Soekasada Ujungterdapat beberapa bangunan jugakolam besar dan luas. Ada3 ( tiga ) buah pintu masuk atau gerbang menuju areal taman. Gerbang utamaberada pada ketinggian di sisi barat sebagai entrance yang disebut “BaleKapal” karena dulunya bangunan ini dibuat menyerupai sebuah kapal.Selanjutnya dari entrance baleini pengunjung menuju areal taman dengan menuruni ratusan buah anak tangga.Dari tempat inilah keseluruhan areal taman dapat dinikmati.
Taman Soekasada Ujung dikembangkan seagai obyek wisata budaya karena kemegahan dan kekhasan bangunan yang merupakan perpaduan antara arsitektur Bali dan Eropa. Kondisinya yang rusak berat akibat letusan Gunung Agung – gunung terbesar di Bali – pada tahun 1963 semakin diperparah lagi dengan terjadinya gempa hebat di tahun 1976 yang meninggalkan puing-puing bangunan, namun tidak meninggalkan kesan megahnya. Untuk mengembalikan kemegahan Taman Soekasada Ujung, maka pada tahun 2001-2003 Pemerintah Kabupaten Karangasem memanfaatkan dana bantuan Bank Dunia membangun kembali Taman Soekasada Ujung dengan tujuan untuk mengembalikan keberadaannya kepada bentuk semula demi melestarikan warisan budaya yang menjadi kebanggaan Karangasem.
Dalam areal Taman Soekasada Ujung terdapat beberapa bangunan juga kolam besar dan luas. Ada 3 ( tiga ) buah pintu masuk atau gerbang menuju areal taman. Gerbang utama berada pada ketinggian di sisi barat sebagai entrance yang disebut “Bale Kapal” karena dulunya bangunan ini dibuat menyerupai sebuah kapal. Selanjutnya dari entrance bale ini pengunjung menuju areal taman dengan menuruni ratusan buah anak tangga. Dari tempat inilah keseluruhan areal taman dapat dinikmati.
Sesuai predikatnya sebagai Taman Air Kerajaan atau The Water Palace, maka Taman Soekasada Ujung memiliki 3 ( tiga ) buah kolam besar dan luas. Di tengah kolam I di sisi paling utara terdapat bangunan utama yang disebut “Bale Gili” yang dihubungkan oleh jembatan menuju arah selatan.
Di tengah-tengah kolam ini terdapat patung-patung dan pot-pot bunga. Di sebelah barat kolam I, di tempat yang agak tinggi terdapat bangunan berbentuk bundar, yang disebut “Bale Bunder” yang difungsikan sebagai tempat untuk menikmati keindahan taman dan panorama alam di sekitarnya. Di sebelah barat laut Bale Bunder, pada areal terasering yang tinggi terdapat bangunan persegi empat panjang yang disebut “Bale Lunjuk”. Ada sekitar 107 anak tangga menuju bangunan ini dari arah timur. Di tengah kolam II di sisi selatan kolam I terdapat bangunan yang disebut “Bale Kambang”. Bangunan ini dahulu berfungsi sebagai tempat jamuan makan untuk para tamu kerajaan. Di sebelah timur kolam II terdapat kolam III yang disebut Kolam Dirah dan merupakan kolam pertama yang dibuat oleh Raja Karangasem. Di areal sebelah utara taman, di tempat yang tinggi terdapat patung “warak” ( badak ) dan juga patung “banteng” yang dari mulut kedua patung tersebut air memancur keluar menuju kolam. Dan sekitar 250m di sebelah utara taman ini tedapat sebuah pura bernama “Pura Manikan” yang juga dibangun oleh Raja Karangasem.

Sejarah Karangasem

Dalam menguraikan sejarah Kerajaan Karangasem, ada dua buah buku sumber yang dipakai sebagaimana yang ditulis oleh Agung (1991) dan Agung (2001). Nama ‘Karangasem’ sebenarnya berasal dari kata ‘Karang Semadi’. Beberapa catatan yang memuat asal muasal nama Karangasem adalah seperti yang diungkapkan dalam Prasasti Sading C yang terdapat di Geria Mandara, Munggu, Badung. Lebih lanjut diungkapkan bahwa Gunung Lempuyang yang menjulang anggun di timur laut Amlapura, pada mulanya bernama Adri Karang yang berarti Gunung Karang. Pada tahun 1072 (1150 M) tanggal 12 bulan separo terang, Wuku Julungwangi dibulan Cetra, Bhatara Guru menitahkan puteranya yang bernama Sri Maharaja Jayasakti atau Hyang Agnijaya untuk turun ke Bali. Tugas yang diemban seperti dikutip dalam prasasti berbunyi” gumawyeana Dharma rikang Adri Karang maka kerahayuan ing Jagat Bangsul…”, artinya datang ke Adri Karang membuat Pura (Dharma) untuk memberikan keselamatan lahir-batin bagi Pulau Dewata. Hyang Agnijaya diceritakan datang berlima dengan saudara-saudaranya yaitu Sambhu, Brahma, Indra, dan Wisnu di Adri Karang (Gunung Lempuyang di sebelah timur laut kota Amlapura). Mengenai hal ihwal nama Lempuyang adalah sebagai tempat yang terpilih atau menjadi pilihan Bhatara Guru (Hyang Parameswara) untuk menyebarkan ‘sih’ Nya bagi keselamatan umat manusia. Dalam penelitian sejarah keberadaan pura, Lempuyang dihubungkan dengan kata ‘ lampu’ artinya ‘terpilih’ dan ‘Hyang’ berarti Tuhan; Bhatara Guru, Hyang Parameswara. Di Adri Karang inilah beliau Hyang Agnijaya membuat Pura Lempuyang Luhur sebagai tempat beliau bersemadi. Lambat laun Karang Semadi ini berubah menjadi Karangasem.

Kamis, 22 Desember 2011

Sekilas

Kabupaten Karangasem adalah merupakan salah satu dari sembilan kabupaten di Bali, terletak di bagian Timur Bali, dengan luas daerah 839,54 kilometer persegi. Karangasem terdiri atas delapan kecamatan: Karangasem, Manggis, Rendang, Selat, Sidemen, Bebandem, Abang, dan Kubu.Karangasem memiliki berbagai macam pemandangan lanskap yang luar biasa. Deretan pengunungan rendah dan tinggi berpadu dengan daratan, hutan tropis, sawah dengan terasering, pantai-pantai yang indah, sisa-sisa arkeologi budaya dan sejarah, desa tradisional “Bali Aga” dengan gaya hidupnya membuat Karangasem layak untuk dikunjungi.Untuk menjangkau semua tempat-tempat menarik di Karangasem sangat mudah mengingat Karangasem didukung oleh kondisi jalan yang bagus, fasilitas-fasilitas seperti: hotel, restaurant, tempat menukar uang, toko souvenir, dan lain-lain seperti yang Anda harapkan di dalam suatu lingkungan wisatawan.Beberapa objek wisata yang bisa dikunjungi diantaranya : pantai Candidasa, Pantai Bias Putih, Putung, Yeh Malet, Taman Ujung,Tirta gangga dan masih banyak yang lainnya.